Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pria adalah
makhluk yang sangat kompetitif. Pria ingin menjadi yang terbesar, terpenting
dan tertinggi.
Dulu sebelum lulus, aku sebegitu idealisnya terhadap
yang namanya menikah. Dulu prinsipku adalah sebelum menikah harus lulus S1,
punya karir yang baik, berpenghasilan di atas 4jt, dan hingga akhirnya prinsip
ini yang menyebabkan salah satu faktor aku harus berpisah dengan mantanku.
Mantanku mengajak menikah 2 tahun mendatang, sedangkan umurku kali ini baru
menginjak 20 tahun. Mantanku berusia jauh diatasku, yaitu lebih tua 4 tahun
dari umurku. Saya beranggapan bahwa saya masih terlalu muda untuk menikah,
masih banyak angan impian harapan yang ingin ku kejar. Karena terhalang oleh prinsip
tadi, jadilah kami harus berpisah.
Sudahlah.. masalalu adalah masalalu dan mantan
bukanlah pahlawan yang harus dikenang, sebaiknya tidak perlu dibahas lagi
hehehe..
Titik tolak ketika pikiranku mulai terbukakan oleh
sebuah nasehat orang tua ketika aku dalam keadaan yang menyulitkanku. “Masalalu
adalah masalalu, ambil suatu hikmah dan pelajari kesalahan-kesalahan disetiap
tindakanmu. Alasan yang paling benar dijadikan untuk menikah, yaitu menikah
karena adanya Tuhan didalam pasanganya. Menikahlah karena kamu percaya pasangan
kita akan membuat kita jadi lebih baik, lebih dekat dengan Tuhan dan menuju
pintu ketaatan. Dalam hukum islam, menikah adalah setengah tiang agama”.
(Itulah nasehat luar biasa yang belum pernah aku dengar sebelumnya dari seorang
ibu).
Dalam sekejap aku membayangkan, betapa mulianya ketika kita menikah dalam alasan tersebut, dan
kebahagiaan seperti itu lebih mulia daripada kebahagiaan menikah dengan alasan
materi. Saya pun meyakini bahwa Tuhan tidak akan mengurangi rejeki kita apabila
benar-benar ikhlas karna Tuhan dan yang ada Tuhan akan menambah rejeki dalam
adanya suatu pernikahan.
“Sayangi pasangan kalian, jaga sebaik mungkin dan jangan jadikan faktor umur dan karir sebagai penghalang yang menyulitkanmu untuk menikah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar